Selasa, 09 November 2010

The most explosive vulcano in the World

ditulis oleh zul dalam : pengamatan, kisah



Jogja| sebagai salah satu kota di Indonesia yang cukup terkenal karena budaya, pariwisata dan keramah-tamahan penduduknya kini harus berduka. Salah satu titik imajiner yaitu Gunung Merapi yang dipercaya masyarakat JOGJA sebagai puncak kesejatian hidup dan juga sumber kehidupan bagi sekitarnya kembali meradang dan murka. Yah, memang siklus vulkanis gunung ‘teraktif’ di dunia itu antara 3-5 tahun sekali. Tapi kali ini kemarahan Merapi berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Jika sebelumnya para ahli bisa memprediksi tingkah laku Merapi dengan melihat tanda-tanda alam yang diberikan, tahun ini Merapi punya tabiat lain. Perilakunya tidak seperti biasa, muncul sifat-sifat baru yang belum dimengerti para ahli Merapi.

Sudah hampir dua minggu gejolak Merapi belum selesai, awan panas masih menjadi mesin pembunuh paling berbahaya bagi penduduk lereng Merapi. Sudah lebih dari 100 orang tewas terpanggang dan 60 lainnya luka akibat jilatan awan panas. Bisa kau bayangkan Kawan, kecepatan rata-rata awan panas atau yang biasa disebut ‘wedhus gembel’ sama dengan kecepatan mobil F1 saat berada di trek lurus atau sekitar 200km/jam. Hanya dengan waktu kurang dari 5 menit saja awan panas mampu meluluhlantahkan desa disekitarnya. Dan yang lebih mengerikan, kenapa bisa disebut awan panas karena suhu awan tersebut saat berada di puncak gunung lebih dari 1000 derajat dan ketika menuruni lereng sekitar 600 derajat Celcius. Wow, cukup untuk membakar kulit hingga ketulang!

Menurut para relawan yang membantu proses evakuasi, banyaknya korban akibat letusan Gunung Merapi karena mereka enggan meninggalkan rumah dan juga hewan ternak mereka. Mereka menganggap hewan ternak adalah harta terbesar dan satu-satunya yang bisa mereka andalkan agar hidup terus berlangsung. Bahkan, banyak pengungsi yang kembali ke rumah mereka hanya untuk mencari dan memberi makan hewan ternak mereka. Sungguh sangat memprihatinkan Kawan !

Semakin hari, Merapi semakin tak menentu. Awan panas masih dikepulkan dari puncaknya. Lelehan lava pijar masih menyala di sela tubuhnya. Air hujan mendorong jutaan kubik material Merapi menciptakan bahaya tersendiri. Jarak steril pun diperluas yang semula 15 km menjadi 20 km. Kabut akibat debu vulkanik menyapu seluruh wilayah Jogja tak terkecuali hingga daerah Jawa Barat. Apa yang sedang terjadi denganmu Merapi? Apa karena manusia yang serakah dan merusak keseimbangan alam ? Atau karena pemimpin kami yang selalu bertindak tidak adil ?

Merapi tidak pernah ingkar janji !!



Tidak ada komentar:

Posting Komentar