Minggu, 28 Februari 2010

Orang Pinter Cenderung Kuper ??

Bang Zul :“Wah, apa iya yah?”
Adek Kecil :“Tapi kan ga semua bang zul !!”
Bang Zul :”Makanya judulnya abang tulis gitu, cenderung kan bisa juga ga to ?”
Adek Kecil :”Iya sih, tapi kebanyakan kayaknya emang bener !”
Bang Zul :”Tuh kan jadi situ yang benerin, makanya mau abang bahas sekarang”
Cuplikan diatas menggambarkan keingin tahuan seorang adek kecil dengan judul posting untuk kesempatan ini, tidak di baca sebenarnya tidak berdosa (hehe..)

Di kampung saya tinggal kehidupan masyarakatnya heterogen alias campur aduk, mungkin kebanyakan juga seperti itu jika hidup di kampung. Beda cerita kalo hidup di perumahan yang berjejer dengan orang-orang berduit, gaya hidup elit, kadang juga pelit ama tetangga sendiri ga akan dapet taste heterogennya. Justru dengan adanya bermacam-macam bentuk, sikap, perilaku, gaya hidup, kita bisa mengidentifikasi seperti apakah tetangga disekitar kita dalam menjalani hidupnya. Bisa membaca perilaku mereka sehari-hari hingga bisa menebak kecenderungan yang mereka lakukan.

Nah,kali ini saya mencoba mengamati kejadian di lingkungan saya, antara orang pinter dan yang pas-pasan saja. Kebetulan sample bahannya adalah kedua teman saya. Sebut saja Dudi dan Badu. Si Dudi adalah anak yang kedua orang tuannya adalah PNS, otomatis kehidupannya tidak begitu sulit, semua bisa dengan mudah ia dapatkan. Ia sekarang masih sekolah di PTN terkenal di Jogja. Dudi adalah contoh anak yang pinter. Nah, untuk yang pas-pasan saya pasang Badu, anak seorang Sopir Truk yang ga tentu dapet gajinya. Kita bertiga adalah teman akrab sejak anak-anak. Tidak ada yang memisahkan kita (ceileh…) beli permen bareng, nyuri jambu bareng, bahkan mandi kali bareng (wow…).

Hal unik yang membuat dua sahabat saya ini berbeda adalah perilaku mereka. Si Dudi sukanya diem diri di rumah, berkutat dengan buku-buku setebel bangku. Kadang suka kasihan sama otaknya, apa ga panas tuh orang tiap hari makan rumus mulu. Beda sama Badu yang bisa di gambarkan seperti bocah petualang(dibaca:ilang) dengan seabreg kegiatan yang sangat tidak jelas. Misalnya jika yang lain milih maen sepak bola, maka teman saya ini tidak segan menolak dan memilih untuk cari ikan di kali(padahal tuh kali lagi surut aernya). Kadang juga nyari botol-botol bekas untuk disulap menjadi gantungan pintu. Itulah kegiatan yang sama sekali bertolak belakang, antara buku dengan botol bekas (ga nyambung kan?).

Identifikasi yang kedua dari perilaku mereka adalah rasa sosial mereka dan sikapnya menanggapi kejadian di masyarakat. Contohnya waktu ada tugas ronda malem, sudah ketauan siapa yang rajin dan tidak (udah tahu belum?). Pasti kaliyan mengira Dudi yang superjenius dan kutu buku ? Ternyata salah besar sodara-sodara. Justru si Badu lah yang tidak pernah absent dari jadwal ronda malem. Sampe-sampe kebanyakan temennya bapak-bapak yang hobi maen kartu. Disini saya kagum pada si Badu karena sikap sosialnya begitu tinggi tidak hanya di ronda malem saja, tiap ada kerja bakti, kumpulan pemuda pasti ada tuh si Badu. Dan sudah bisa di perkirakan siapa yang slalu mangkir dari undangan, ya si Dudi. Kenapa yah ?
Manusia memang punya tipe-tipe kecerdasan yang berbeda-beda. Kalo saya amati si Dadu punya tipe kecerdasan yang memaksimalkan fungsi berpikirnya, sedangkan si Badu punya kecerdasan dengan sikap tanggapnya terhadap lingkungan sekitar sehingga muda sekali untuknya menyesuaikan diri dengan masyarakat.

Disitu lah saya simpulkan kalo orang pinter itu cenderung sulit bersosialisasi (kuper) dengan masyarakat. Butuh waktu cukup lama agar ia bisa di terima di lingkungannya. Mereka terlalu sibuk dan mencurahkan pikirannya dengan buku-buku ilmiah dan rumus-rumus keritingnya, hingga lupa untuk bersosialisasi lagi. Perasaan gugup, sungkan yang membuat mereka malas keluar rumah untuk sekedar berkumpul dengan teman mereka.

Untuk si Badu, sangatlah mudah mendapatkan perhatian dari masyarakat. Karena secara otomatis masyarakat menilai kalo Badu lebih aktif dan supel dalam aplikasinya di masyarakat. Itulah yang membuat mereka dengan mudah masuk di suatu kelompok. Kegiatan Badu yang tidak banyak menguras pikiran membuat waktunya terasa lebih luang untuk melakukan kegiatan lainnya, selain itu kegiatan sehari-hari yang ia lalukan juga hanya sesuai kehendaknya saja, tidak terpaut dengan waktu, aturan dll.

Memang banyak pelajaran akan kita temukan dengan hidup di tengah masyarakat yang heterogen(campur) antara si miskin dengan si kaya, si pinter dengan yang pas-pasan. Nilai nilai masyarakat itu lah yang kadang mengarahkan kita dengan kesimpulan-kesimpulan yang cukup masuk akal.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar